Saya yang Sekarang



“You have really changed.”

Saya terperangah waktu salah seorang buddy saya di dunia maya berkata seperti itu. Sebenarnya itu kata-kata yang paling saya hindari sejak awal perubahan saya, yaitu sekitar satu tahun yang lalu. Namun saya juga tahu, kalau suatu saat, pasti ada salah seorang dari masa lalu saya yang akan bilang begitu. Dan ternyata itu datang dari orang yang baru aja deket lagi sama saya.

“Kenapa?” Tanya saya penasaran. Mau gimana juga, saya harus tahu sudah sampai mana perubahan saya sampai-sampai dia bilang begitu.

“Dulu, kalau aku cerita macem-macem, kamu pasti bilang ‘Astaghfirullah’. Tapi sekarang, kamu malah ketawa.” Diam-diam saya mengangguk waktu dia bilang begitu. (walaupun saya tahu, dia nggak bakal liat. Muka kita terhalang komputer, daratan, lautan, dan samudera. :D)

“Iya sih. Terus gimana dong? :((“

“Ya... Live your life.” (sengaja di bold, soalnya itu jadi kata favorit saya di awal minggu ini.)


Memang benar, apa yang dia bilang. Live my life. Saya harus jalani hidup saya sendiri. Soalnya mau berubah sampai sejauh apapun, ini tetap hidup saya. Bukan hidup sahabat saya, guru saya, kakak saya, atau sekalipun itu ibu saya. Dan orang-orang yang menyadari perubahan saya pun, saya pastikan Cuma bisa bilang, “you have really changed” (kayak yang tadi buddy saya bilang), atau “ih, gak nyangka ya”. Dan itu sama sekali gak ada pengaruhnya buat saya.


Pada saat yang sama, saya langsung curhat sama teman yang sering merangkap jadi psikolog pribadi saya. (hehe)

Dia sebenarnya bukan ‘orang lama’ dalam kehidupan saya. Kita baru benar-benar kenal di awal tahun ini, ketika saya memang udah berubah.

Saya bilang sama dia kalau saya lebih nyaman jadi saya yang sekarang. Saya yang bebas, yang nggak terkekang oleh judge orang-orang.

Hm, kalau boleh dibilang, perubahan ini bisa jadi adalah bentuk dari pemberontakan saya. Dulu hidup saya adalah judge dari orang-orang. Mereka selalu menghubungkan salah satu sifat dominan saya dengan yang baik-baik. Saya memang nggak keberatan, tapi jujur, hal itu malah bikin saya nggak sama dengan saya yang sebenernya. Maksudnya, apa yang keliatan dari saya, nggak sama dengan apa yang nggak keliatan. Jadi boleh dibilang waktu itu saya punya 2 kepribadian. Sifat saya jadi nggak sama antara di sekolah, di rumah, dan di internet.


Dulu, waktu saya di judge begitu, saya akui kalau saya memang seneng. Tapi lama-lama saya juga jadi sadar, kalau selama ini saya Cuma gila pujian. Saya jadi gak ikhlas sama apa-apa yang selama ini jadi ‘sifat’ saya.

Akhirnya sejak masuk SMA saya jadi nyoba buat berubah. Sebenarnya Cuma buat antisipasi aja, supaya orang-orang baru yang nantinya akan jadi salah satu dari kehidupan saya ini nggak men judge saya macem-macem. Saya juga pengen hidup normal dan bebas kayak mereka. Jauh dari segala macam cap, baik yang positif maupun yang negatif.


Tapi kayaknya perubahan ini malah ngebuat saya jadi benar-benar berubah. Awalnya saya Cuma mau berubah secara tampilan aja, secara apa yang orang-orang bisa lihat langsung dari saya. Tapi ternyata, kehidupan ruhaniyah saya juga jadi ikut kebawa-bawa. Hati saya jadi kotor (hiks).

Nggak bisa dipungkiri juga kalau pen-judge-an itu lebih banyak bawa dampak positif buat diri saya. Seenggaknya, saya jadi termotivasi buat nggak bikin banyak dosa. Dan sekarang saya lagi nyari-nyari kemana motivasi itu pergi. Tapi sekarang saya nggak mau motivasi itu di dapat dari cap orang-orang lagi. Saya mau motivasi itu datang sendiri, dari diri saya sendiri.


Oh iya, dan kalimat yang paling saya ingat dari teman sekaligus psikolog saya itu adalah : Hidup ini pilihan, mau maju atau diam dan ketinggalan di belakang.

(Udah sering sih, denger kalimat itu. Tapi mungkin karena timingnya yang pas, jadi ngena banget di otak.)

Dan intinya, awal minggu ini saya udah dapet dua kalimat motivasi dari dua orang, yang dua-duanya adalah teman maya saya (woi, pada kemana nih, temen beneran?!).


gambar diambil dari sini. haha :D

1 comment:

Anonim mengatakan...

Baru liat blognya..keren tampilannya.
emm, kalo boleh tanya, emang mau berubah jadi gimana jeng?
Ga apa2 berubah, kalo mmg kearah lebih baik. Jadi lebih dewasa..lebih rajin..lebih bisa memahami org lain dan lebih bermanfaat buat org lain.
Hidup mmg pilihan..tapi sbg umat yg beragama, kita harus meyakini kalo setiap pilihan yg kita pilih, ada konsekuensinya. Baik di dunia maupun di akhirat.

Nah skrg..mampukah kita bertanggung jawab thd semua pilihan kita, nnt dihadapanNya kelak???.

Fina